Kamis, 13 Juni 2013

Romantika Masa Lalu



"Esih penak jamanku to?" 

Banyak dari pembaca sekalian yang mungkin sering melihat kalimat seperti di atas di jejerang media sosial, display picture bbm, bahkan lukisan di belakang truck barang. Kalimat yang di kaitkan dengan zaman orde baru yaitu kepimimpinan presiden kita kedua Soeharto. "Masih enak jaman saya kan?" jika kalimat di artikan ke bahasa Indonesia. Memang pandangan tersebut sah-sah saja. Tapi apakah munculnya presepsi seperti itu dari masyarakat menandakan bahwa reformasi kita gagal sehingga tidak di rasakan dampak kebermanfaatan yang berarti di bandingkan masa orde baru?. 

Sedangkan survei yang telah di lakukan Indo Barometer mengatakan bahwa masa orde baru lebih baik. Di lihat dari berbagai bidang termasuk bidang ekonomi sekitar 53% responden menyatakan era orde baru lebih baik dari reformasi. Memang sangat di sayangkan rasanya apabila langkah pembenahan orde baru ke reformasi dirasa tidak memberikan dampak yang berarti dari berbagai bidang. Pandangan skeptisme yang terbentuk mungkin di sebabkan salah satunya dengan semakin terkuaknya kasus korupsi yang semakin subur dan mengakar dari hulu ke hilir. Kasus-kasus korupsi yang menyebar luas faktor penyebabnya di anggap produk reformasi itu sendiri yaitu otonomi daerah. Otonomi daerah di artikan tidak sesuai dengan tujuan awal yaitu memberikan otoritas lebih kepada setiap daerah masing-masing untuk pemerataan pembangunan di berbagai sektor. Justru berbalik, otonomi daerah malah memberikan ruang lebih bagi kepala daerah untuk melakukan korupsi dengan wewenang lebih yang sekarang mereka miliki. Barangkali anggapan-anggapan tersebut dimiliki oleh beberapa pihak saja.

Semoga sikap skeptis tersebut tidak dimiliki oleh semua pihak, saya pribadi termasuk tidak sepakat dengan argumentasi bahwa era orde baru lebih baik dari reformasi. Dengan reformasi kita di ajak bersama-sama untuk belajar dan terlibat dalam pembenahan bangsa. Demokrasi yang merupakan komponen dari tujuan reformasi mencerminkan bahwa kedaulatan sepenuhnya di tangan rakyat Indonesia. Rakyat diajak untuk ikut serta dalam proses pemilihan pemimpin negara secara langsung. Melalui proses demokrasi itulah masyarakat mendapat pembelajaran yang berarti dalam menentukan nasib Indonesia kedepan. Melihat tren yang terjadi sekarang, masyarakat dalam memilih tidak lagi melihat apa warna partainya. Masyarakat sudah mampu menilai figur pemimpin yang tepat untuk daerahnya. Terbukti dengan kemenangan Jokowi pada pemilukada lalu, dimana sosok Jokowi yang lebih dilihat daripada partai pengusungnya. Hal ini barangkali menjadi angin segar bagi proses demokrasi kita di era reformasi.

Apabila korupsi yang meluas merupakan hasil dari otonomi daerah yang tidak lain adalah produk reformasi, maka ada bijaknya kita menelaah lebih jauh permasalahan korupsi tersebut. Indonesia memang kategori negara terkorup di dunia, tapi bukan berarti fenomena tersebut di karenakan era reformasi. Justru tindakan KKN sudah ada di era orde baru, bahkan di era orde lama juga banyak tindakan yang merugikan rakyat tersebut. Hanya saja baru setelah era reformasi, setelah kebebasan berpendapat sangat di kedepankan dan media massa dengan leluasa memberitakan kejadian-kejadian korupsi yang telah terbongkar. Sehingga media massa menjadi penyambung lidah di masyarakat Indonesia. Kebebasan pers baru saja di raih setelah kita memiliki era reformasi. Pada jaman sebelumnya, pers benar-benar di awasi oleh pemerintah. Mirisnya lagi apabila mereka membongkar kebobrokan pemerintah pada waktu itu, pemerintah dengan mudah membredel media massa tersebut. Jika di artikan maka yang menjadi pembeda dalam kasus korupsi di era orde baru dan reformasi adalah transparasinya. Reformasi menawarkan transparansi yang lebih luas, kasus korupsi sekecil apapun di beritakan sampai ke pelosok negeri. Berbeda dengan orde baru, semuanya serba tertutup dan pemerintaha seolah terlihat bersih dari tindakan tercela tersebut karena tidak ada media massa yang berani membeberkanya ke publik.

Orde baru memang membawa kita kepada romantika yang dikenal dengan "Macan Asia". Kita bersama mengakui dimana pada waktu itu Indonesia sangat meningkat dalam pembangunan di berbagai sektor termasuk pada sektor ekonomi. Akan tetapi, apakah itu berarti ekonomi kita tidak sehebat zaman orde baru?. Saya rasa tidak. Sekarang ini terlepas dengan kekurangan yang kita alami, bangsa Indonesia memiliki kabar baik pada sektor ekonomi. Bahwa pertumbuhan ekonomi 3 tahun belakangan ini berada di kisaran 6% lebih. Yang berarti di atas rata-rata dunia yang hanya 3-4% saja. Menurut World Investmennt Prospect Survei 2008-2012. Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara menarik di dunia untuk investasi. Data tersebut menandakan bahwa Indonesia memang sedang di atas angin dalam bidang ekonomi. Bahkan beberapa ramalan menyatakan Indonesia ada tahun 2020 menjadi salah satu negara termakmur di dunia. Realitas yang terjadi sekarang dan prediksi ke depan mengenai bangsa Indonesia di harapkan menjadi salah satu penggunggah generasi muda Indonesia. Dengan tidak menyesalkan reformasi karena terlalu dalam masuk dalam romantisme masa lalu di orde baru. Untuk itu, semua elemen harus bisa melihat jangkauan pandangan ke depan, bukan lagi menengok ke belakang agar kemudian hari tidak terulang lagi 4 korban mahasiswa pada waktu itu dan semoga darah 4 syuhada itu tidak sia-sia.


Jumat, 07 Juni 2013

Pak Tua Peminum Arak dan Pak Faisal "Raja Neon Box"

Gambar Ilustrasi

Tidak seperti biasanya, saya iseng main ke pusat percetakan di senen. Sekitar jam 22.00 WIB saya berangkat dari kosan. Ternyata memang pada malam hari, banyak pegawai-pegawai percetakan disana yang meluangkan waktunya untuk sekedar kongkow menghilangkan penat setelah seharian mereka bekerja. Rata-rata dari mereka lebih tua dari saya, bahkan ada kakek yang berumur 64 tahun ikut nimbrung. Kami berkumpul di ruko kecil yang dindingnya terbuat dari kayu tipis dan atap yang sudah mulai keropos dengan lantai sekedar beralaskan tikar sederhana di temani suasana dingin nya hujan pada malam itu. Meskipun nampak sangat sederhana dan alakadarnya, tidak mengurangi kehangatan suasana perbincangan kami.

Ada 4 orang yang bergabung dalam obrolan itu, diantaranya ada mas Bidin (pegawai percetakan), pak Faisal (pemilik usaha neon box), pak Yayan (perantara sewa ruko di kawasan senen), dan saya sendiri. Mas Bidin orangnya sangat santun dan ramah, saya sudah cukup lama mengenalnya bahkan sering membantu pekerjaan saya jika saya sedikit kualahaan. Kemudian pak Faisal adalah pengusaha neon box yang dahulu sempat menjadi "raja neon box" di Jakarta, mungkin berumur sekitar 45 tahunan. Yang terakhir adalah pak Yayan, kakek yang menurutnya sudah berumur 64 tahun. Hanya mas Bidin yang sudah cukup lama saya kenal, untuk pak Faisal dan pak Yayan kebetulan saya baru mengenalnya.

Obrolan awal yang mendominasi pembicaraan adalah pak Faisal, beliau menceritakan jatuh bangun dalam berwirausaha. Dari masa kejayaanya di tahun 90an sampai usahanya jatuh ketika dampak krisis moneter di 98 dan benar-benaar gulung tikar di tahun 2000 karena beberapa faktor lainya. Beliau awalnya adalah seorang tamatan SMA yang berasal dari keluarga sederhana. Semenjak lulus SMA, ia mulai bekerja di toko milik pamanya di daerah mangga besar. Namun hanya bertahan setahun saja. Pak Faisal memutuskan untuk membuka usaha neon box dengan hanya bermodal karyawan 1 orang dan memiiki beberapa kawan yang menjadi pengusaha las. "Saya dari awal tidak punya apa-apa dek, cuma modal ingin maju dan mensejahterakan keluarga. Orang setiap hari kerjaan saya mencari bangunan baru untuk menawarkan neon box. Dari awalnya saya cuma 1 orang karyawan sampai akhirnya memiliki 100 orang karyawan." ungkapnya. Namun sayangnya, usaha beliau sekarang telah gulung tikar, yang saya kagumi dari dirinya adalah semangat untuk bangkit meskipun sekarang dalam kondisi terpuruk. Sekarang pak Faisal sedang merintis kembali usaha neon box nya, beberapa ungkapan lain yang saya ingat adalah "intinya orang usaha itu sabar aja dek, yang penting tetep usaha, rejeki semua sudah ada yang ngatur asalkan jangan berhenti usaha".
Nampaknya beliau bisa  saya jadikan navigator saya dalam menjalani bisnis. Sangat mengagumkan kerja kerasnya terlepas dari kegagalan dalam berwirausaha. 

Kemudian ada pak Yayan (64), seorang kakek tua yang gemar meminum arak. Awalnya saya  agak meragukan beliau dikarenakan kebiasaanya yang saya rasa kurang etis. Tapi tunggu dulu, saya ingat perkataan teman saya "Kalo mau jadi pemimpin jangan membatasi pergaulan, jangan mengikuti arus dan jangan melawan arus. Tapi kendalikan arusnya". Yah... saya sangat sepakat dengan penuturan kawan saya itu. Saya mencoba untuk tidak membatasi pergaulan saya, karena pada hakikatnya kita belajar dengan siapa saja dan dimana saja. Lantas, pembelajaran apa yang bisa saya ambil dari seorang pak Yayan ini?. Saya ikuti alur pembicaraanya, awalnya beliau membicarakan tentang filsafat. Sedikit kaget dan bertanya-tanya mengapa beliau begitu paham mengenai filsafat. Karena tidak ingin mengganggu ia berbicara saya hanya mendengarkanya saja. "Kebenaran mutlak itu ngga ada, kebenaran mutlak itu hanya milik Allah" tuturnya. Saya sedikit ragu ungkapanya benar-benar di resapi atau sekedar ngablu karena pengaruh arak. Tapi yasudahlah.. mari mendengar kembali. 

Karena bahasan filsafat sangat panjang dan tidak mungkin saya tuliskan semua disini, saya lanjut membahas obrolan kedua yaitu tentang retorika. Beliau bercerita semasa muda yang gemar berdebat, yang pada intinya banyak orang pintar tapi keseleo karena tidak bisa retorika. Dirinya mengakui bahwa tidak terlalu banyak wawasan di bandingkan dengan kawan yang lainya. Tetapi karena ia bisa beretorika dengan baik, maka di anggap memiliki wawasan yang luas dan tidak kalah saing dengan kawan-kawan yang lainya. "Kalo kamu ahli di bidang ekonomi, dan sedang berdebat dengan orang ahli hukum, jangan pernah terbawa pembicaraan ke ranah hukum yang terlalu jauh. Batasi pembicaraanya, kamu ambil kendalinya dan kembalikan ke ranah ilmu yang kamu ketahui. Itu salah satu teknik retorika". Tidak saya sangka awalnya, mengingat dari penampilan dan kebiasaan beliau yang terkesan (mohon maaf) bisa dibilang "urakan".

Pak Yayan selalu menuturkan bahwa jangan pernah melihat seseorang dari sekelebatan mata saja. Pahamilah orang yang baru anda kenal, baru dapat menyimpulkan. Beliau juga tidak menganjurkan saya mengikuti jejaknya yang hobi meminum arak. Saya ingat, berkali-kali beliau mengingatkan saya untuk tidak mengikuti kebiasaan buruknya. 

Penyesalan memang datang di akhir, begitu juga yang di alami pak Yayan. Pada tahun sekitar 1980an, pak Yayan memiliki 15 ruko yang masing-masing waktu itu di jual dengan harga Rp.7.000.000,00. Namun sayangnya 15 rukonya sudah habis terjual. Saya pun bertanya, "Untuk apa pak itu ruko dijual semua?". Singkat cerita, 15 ruko yang dimiliki oleh pak Yayan adalah warisan dari orang tuanya. Karena kebiasaanya bermain judi dia rela menjual rukonya untuk mengikuti judi yang marak pada waktu itu. Satu per satu rukonya di jual untuk bermain judi, yang akhirnya sudah habis tak tersisa di tahun 2013. Beliau sangat menyesalkan karena akhirnya tidak memiliki apa-apa pada masa tuanya. Terlebih lagi, ruko yang ia jual beberapa puluh tahun yang lalu harga sewa pertahunnya sekarang Rp.25.000.000,00. Jumlahkan saja nominal 25.000.00,00 x 15 ruko = Rp.375.000.000,00. Artinya jika Pak Yayan mempertahankan rukonya  sampai sekarang, pendapatan Pak Yayan per tahun senilai Rp.375.000.000,00 atau Rp.31.000.000,00 per bulan. 

Memang sangat di sayangkan. Tetapi semua sudah berlalu dan tidak akan kembali dengan sekejap mata. Ada bijaknya jika kita sebagai kaum muda dapat memetik pembelajaran dari orang lain tanpa harus mengalaminya. 

Point-point yang dapat saya ambil sebagai pembelajaran dari mereka adalah Pak Faisal si pekerja keras yang dapat di jadikan teladan bagi saya. Semangat yang dimilikinya tidak diragukan, terlebih mental bajanya yang tidak pernah lelah untuk bangkit dari keterpurukanya. Pak Yayan, kakek berusia 64 tahun ini ternyata memiliki segudang pembelajaran. Tetapi yang paling penting adalah, JANGAN PERNAH MERAGUKAN ORANG LAIN KARENA PENILAIAN SINGKAT DAN MENILAI DARI PENAMPILAN LUARNYA SAJA. Hal tersebut yang harus saya tanamkan dalam kehidupan saya menjalani kehidupan sosial.

Hal lainya adalah, jangan pernah menyia-nyiakan apa yang kita punya sekarang, maksimalkan apa yang ada. Karena insya Allah orang yang sukses dari segi apapun adalah orang yang dapat memulai dari apa yang ia miliki.

Semoga dapat menjadi bahan inspirasi dari pengalaman saya di atas, dan dapat bermanfaat untuk teman-teman pembaca.


Jumat, 10 Mei 2013

Berwirausaha untuk Kemajuan Bangsa


Dalam bus kota, ada sebuah mesin yang besarnya tak sebanding dengan besar badan bus kota tersebut. Tapi jangan salah, mesin merupakan aspek terpenting pada sebuah bus. Apabila mesin mengalami kerusakan, maka bagian lain yang ada pada bus tidak akan berfungsi secara maksimal

Analogi tersebut jika di hubungkan pada peran pemuda dalam bangsa sangat erat kaitanya. Anak muda di umpamakan sebagai mesin, dan bus adalah sebuah bangsa itu sendiri. Sejarah mengatakan, peran pemuda dalam bangsa sangat besar di Indonesia. Bahkan, Indonesia dapat merdeka merupakan hasil dari pemuda Indonesia itu sendiri. Lantas, bagaimanakah peran anak muda dalam pembangunan bangsa di era sekarang?

Saya rasa peran pemuda dapat di ambil salah satunya adalah dengan berwirausaha. Dengan berwirausaha kita bisa mandiri dan membuka lapangan pekerjaan. Dari data yang saya ketahui, jumlah pengusaha di Indonesia kurang dari 1% dari total keseluruhan penduduk Indonesia. Sedangkan syarat untuk menjadi negara maju, sebuah negara minimal memiliki 2% pengusaha dari total penduduknya. Jika kita bandingkan dengan Jepang, Jepang memiliki 7% pengusaha dari total penduduknya, sedangkan Amerika 11% (silakan cek di google hehe). Artinya, hari ini negara kita masih defisit dalam konteks jumlah pengusahanya.

Terlebih jika berwirausaha di usia muda, dimana usia muda merupakan usia yang paling produktif pada fase hidup manusia. Anak muda belum memiliki tanggungan yang begitu besar, apalagi untuk yang belum berumah tangga, masa single merupakan masa yang paling tepat untuk memulainya. So, tunggu alasan apalagi?, Alasan modal? Modal menurut saya bukan faktor utama dalam memulai sebuah bisnis, yang paling penting adalah niat dan action. Banyak alternatif usaha tanpa modal yang bisa di jalankan di era modern sekarang. contoh : online shop, jasa pembuat web,dll. Kebetulan beberapa teman saya sudah membuktikanya, bahkan hasilnya di putar kembali untuk modal usaha lain. Selamat memulai usaha, dan buka lah lapangan pekerjaan lebih banyak lagi untuk mewujudkan Indonesia yang maju.

Senin, 29 April 2013

Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi


Salah satu visi dan misi perguruan tinggi Indonesia (kedinasan maupun bukan) adalah mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat indonesia. Dengan memperhatikan perkembangan dunia yang begitu pesat, maka pembentukan masyarakat Indonesia yang modernmenjadi tujuan utama dari pembangunan nasional Indonesia. Pembangunan masyarakat modern ini akan menyangkut perubahan-perubahan nilai-nilai Pancasila.

            Namun pada realitanya, mahasiswa seolah lupa akan fungsinya untuk mengambil peran dalam pembangunan bangsanya sendiri, terutama dalam bidang ekonomi. Sikap apatis yang terbentuk menjadi sebuah kewajaran tersendiri jika doktrin yang di berikan adalah mencari sebuah besarnya nominal saja, tanpa memberikan gambaran jelas peran seorang mahasiswa dalam masyarakat sendiri. Terutama dalam ranah organisasi, dimana kita sebagai mahasiswa ekonomi khususnya, sudah menjadi keharusan dapat memahami dan mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi itu sendiri. Dalam konteks menyeluruh, termasuk pada ranah organisasi dan pelaksanaan program kerja yang mengutamakan sebuah dampak meluas dan berjangka panjang, bukan besaran nominal yang di keluarkan dari sebuah program kerja.

Perbedaan pemuda biasa dengan mahasiswa dapat di lihat dari segi tindakan dan landasan berpikirnya. Dalam konteks pengabdian masyarakat, mahasiswa seharusnya memberikan solusi yang berjangka panjang dalam penyelesaian sebuah masalah yang terjadi di masyarakat. Tidak serta merta menjalankan kegiatan yang berorientasi pada bentuk pengabdian masyarakat yang cenderung memberikan “ikan” daripada “kail”.
Pola pengabdian seperti tadi nampaknya bias dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni; pendidikan-pengajaran, penelitian-pengembangan, dan pengabdian masyarakat. Orientasi kegiatan yang di adakan mengacu kepada besarnya dana yang di keluarkan dan berapa banyak sponsorship dalam yang masuk. Pertanyaannya adalah sejauh mana sebuah program kerja dapat berdampak secara maksimal dan berjangka panjang lebih dirasakan oleh masyarakat.


Sebagai mahasiswa ekonomi aktif organisasi contohnya, sudah wajib hukumnya mengetahui isu ekonomi yang sedang berkembang. Hal ini penting, mengingat fungsi dari mahasiswa sebagai kaum muda yang berintelek. Implementasi dari program kerja dan pengabdian masyarakat pun dalam konteks berorganisasi seharusnya bersifat edukatif kepada masyarakat.

Dapat kita ambil contoh implementasi kegiatan yang bermuara dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah, dengan mengadakan penelitian kepada UKM. Pertama, kita lakukan analisis permasalahan yang sudah lama  menjadi masalah klasik. Kita umpamakan mereka terkendala pada permodalan. Kedua, dicarikan sebuah solusi antara lain  bisa meminjam kepada pihak bank atau opsi kedua dengan membentuk koperasi dengan menghimpun UKM yang lainya.  Ketiga adalah, mahasiswa turun langsung ke lapangan dengan membawa hasil  dari penelitian dan pengkajian yang telah di hasilkan, misalkan opsi pembentukan koperasi menjadi opsi terbaik, maka kita bentuk bentuk bersama dan kita awasi proses berjalanya koperasi sampai benar-benar bekerja optimal untuk menjawab masalah permodalan bagi UKM setempat.  Pembinaan tersebut bersifat continue pada jangka waktu tertentu menyesuaikan goal yang telah di targetkan.

Saya rasa contoh di atas lebih konkrit, mahasiswa mendapatkan pembelajaran dari masalah di tersebut. Tetapi juga dapat memberikan solusi berjangka panjang bagi masyarakat dan sebagai sarana pengabdian masyarakat. Jadi jelas, Tri Dharma Perguruan Tinggi di maknai melalui program kerja pada organisasi kemahasiswaan. 

INDONESIAN FILM DAY

30 Maret 2013, tepat pada jam 10.30 WIB saya terbangun, reflek tangan langsung membuka twitter. Pada timeline saya ada om didi petet memberikan ucapan selamat pada dunia film Indonesia. Tepat pada pagi ini saya bangun ternyata adalah hari film Indonesia. Kemudian saya sempat merenung, hal apa saja yang muncul di pikiran kita ketika mendengar perfilman Indonesia?. Ada yang berpendapat bahwa film Indonesia tidak mencerminkan kualitasnya pada hari ini, bahkan beberapa teman berpendapat tidak ada bagus-bagusnya. Memang jika kita tela’ah bersama pada beberapa tahun  ke belakang, dunia film Indonesia nampaknya mengalami kemunduran. Film-film yang marak berkembang adalah film ber-genre horor-komedi. Kalau di lihat dari sudut pandang pendidikan mugkin kurang mendidik, dan tetunya kurang menginspirasi penontonya. Tidak heran masyarakat sempat kurang simpatik kepada dunia perfilman sekitar beberapa tahun kemarin.

Keadaan tersebut membuat masyarakat lebih tertarik menonton film-film luar, baik mandarin,bollywood, maupun hollywood. Pertanyaanya adalah, adakah film Indonesia yang masih memberikan ruang insprasi,mendidik, dan juga memiliki makna bagi penontonya?. Saya rasa ada, bahkan banyak di mulai pada awal tahun 2011. Banyak film-film yang berkualitas dari sisi manfaat bagi penontonya selain di jadikan sebagai sarana hiburan. Contohnya adalah Negeri 5 Menara, Soe Hok Gie, Tanah Surga (Katanya),The Raid,5 cm dan lain-lain.

Film bagi saya bukan hanya menjadi sarana hiburan semata, terlebih dari itu adalah bagaimana kita (sebagai penonton) dapat memaknai cerita pada film tersebut. Film semestinya menjadi salah satu media pendidikan, penyampaian pesan moral, dan kritik. Negeri 5 Menara contohnya, mengisahkan 5 orang sahabat dimana masing-masing memiliki cita-cita tinggi. Pada film tersebut menyiratkan bagi siapa saja yang memiliki kemauan dan bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan atau meraihnya. Soe Hok Gie, sebuah film diambil dari kisah nyata seorang pemuda pada masa era 50-69an. Dimana ia memiliki ideologi yang sangat kuat untuk membicarakan kebenaran lewat tulisan-tulisanya demi keadilan bangsa Indonesia yang ditindas oleh penguasa. Tanah Surga (Katanya) menceritakan daerah terpinggir di kalimantan terletak pada perbatasan Indonesia-Malaysia. Dapat kita ambil dari film tersebut adalah semangat nasionalisme serta mencerminkan ketimpangan pembangunan pada negeri kita ini.

Film-film di atas adalah sebuah bentuk bukti nyata dari dunia film Indonesia bahwa hari ini Indonesia pun bisa memberikan suguhan atau tontonan yang berkualitas untuk masyarakatnya. Hanya saja kadang masyarakat secara luas belum mengetahui film Indonesia mana saja yang patut kita tonton dan kita banggakan. Boleh lah kita sesekali menikmati tontonan-tontonan produksi film dari luar. Tapi bukan menjadikan alasan untuk tidak mau mencintai produk film dari Indonesia sendiri.

Point saya terakhir adalah, semoga masyarakat Indonesai secara luas dapat menikmati film-film yang ada sekarang. Realita nya penikmat film Indonesia ataupun film luar hanya dapat di nikmati oleh kalangan pengunjung mall saja (kalangan menengah atas).  Apalagi pada daerah-daerah terpencil di luar Jakarta,  mereka harus sabar menanti film yang baru di realist 1 atau 2 tahun lagi menunggu di tayangkan pada stasiun televisi (Itupun jika di tayangkan).

CATATAN UNTUK SEBUAH IMPIAN

Tentu saja kita semua sudah memiliki cita-cita atau apa yang disebut dengan impian. Pangkal dari kesuksesan seseorang memang bermuara dari mimpi-mimpinya terdahulu. Impian adalah hak setiap orang dan tidak ada undang-undang dalam sebuah negara yang melarang batasan mimpi warganya.

Bagi sebagian orang, impian terkadang irasional di banding dengan kenyataan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa dalam bermimpi haruslah yang realistis?. Apakah impian itu harus realistis?
Saya pikir tidak!. Memang nasib setiap orang berbeda, ada yang di lahirkan dalam keadaan kurang beruntung tetapi ia memiliki impian setinggi langit. Apakah boleh?, tentu saja boleh. Mimpi bagaikan blueprint sebuah konstruksi sebelum kita mendirikan gedung, sehingga tinggal bagaimana kita dapat merealisasikan blueprint tersebut menjadi sebuah bangunan tinggi yang kokoh meskipun dengan sumber daya yang minim.

Impian yang tidak wajar adalah ketika kita memiliki impian setinggi langit, tapi hanya menggantungkanya di atas langit. Artinya, impian hanya tinggal sebuah resolusi jangka panjang tanpa adanya target harian yang harus di capai. Manusia boleh bermimpi untuk menjadi apa ia kelak, tapi tindakanya haruslah nyata untuk memperjuangkan apa yang di impikan.

Memang tidak mudah mempertahankan mimpi kita untuk menjadi sebuah formulasi semangat berjuang, dalam kenyataanya kita sering pesimis ketika melihat realita pada diri kita ataupun lingkungan. Masalah dan kendala tidak pernah luput dari hadapan. Tapi apakah seketika itu kita harus berdiam diri dan menyerah pada kenyataan?. Saya pikir jika kita bisa membawa mimpi kita dalam setiap langkah, maka hasrat ingin meraih impian tersebutlah yang akan menjaga dan membentengi kita dalam menghadapi tantangan dan  masalah. Sebab tindakan seseorang bermuara dari apa yang di impikan.

Carilah orang yang menginspirasi di sekitar kita, jadikanlah ia sebagai mentor atau acuan. Orang yang bisa menginspirasi dari kepribadian jauh lebih memotivasi daripada sekedar kalimat bijak yang tertulis atau keluar dari mulut seseorang.

Yang selalu saya ingat adalah, hari ini diri saya seperti apa adalah hasil dari apa yang dilakukan beberapa tahun kebelakang. Artinya, penentuan hidup kita ke depan di tentukan oleh 3 hal yaitu; dengan siapa kita bergaul?, buku apa yang kita baca?, dan action apa yang sudah kita lakukan.

 Jadi apa yang sudah di lakukan hari ini? apa yang sudah di baca? dan dengan siapa kita bergaul hari ini?. Semuanya akan berpengaruh untuk masing-masing orang di masa depan.

Inilah patokan yang dipakai orang-orang sukses di seluruh dunia untuk menentukan ingin kehidupan yang seperti apa untuk masa depan. Jika kalian merasa hidupnya sangat luar biasa sekarang ini , Selamat! saya yakin pasti kalian bergaul dengan teman yang tepat, membaca buku yang tepat dan yang terpenting banyak melakukan action atau kegiatan-kegiatan positif  untuk merealisasikan sebuah IMPIAN.


Mimpi tidak akan terwujud dengan kita berpangku tangan, mimpi tidak akan terealisasi dengan kita hanya diam. Setiap detik dunia ini bergerak, dan setiap detik pula kita harus bergerak meraih mimpi kita. Karena tidak ada logam mulia yang di tempa dengan proses yang mudah, setiap orang sukses memiliki sejarah perjuangan yang luar biasa dalam hidupnya. Seperti apapun keadaan kalian hari ini, jangan pernah mengkerdilkan diri dengan mengecilkan impian kalian.

Selamat berjuang merealisasikan impian kawan!

Senin, 25 Februari 2013

Pemimpin

Apa penjabaran tentang pemimpin? dan bagaimana karakter yang wajib di miliki seorang pemimpin?
Lebih luasnya saya ingin share disini.

Beberapa menyatakan definisi pemimpin sebagai berikut :

1. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

2. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

3. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Itu tadi menurut para ahlinya ya bro, kalau menurut pandangan saya pemimpin adalah orang yang memiliki visi tertentu dan memiliki semangat juang yang tinggi sehingga mampu menyalurkan energi kepada orang sekitar untuk mencapai tujuannya. (Danar Wisnu Tungga Dewa) 

Visi itu penting, mengapa? karena visi adalah tujuan sorang pemimpin membawa subkoordinatnya akan di bawa ke arah mana. Tidak mungkin apabila seorang pemimpin berjalan membawa pengikutnya tanpa ke arah dan tujuan yang jelas.
Kemudian semangat juang yang tinggi, artinya pemimpin sudah selayaknya memiliki semangat juang yang tinggi, sebab dialah penggerak atau sebagai motor orang yang di pimpinya. Mampu mendorong dari belakang, memposisikan dirinya di tengah dengan membaur satu dan yang lain, serta berada di depan untuk memberikan arahan dan siap menanggung resiko-resiko yang akan datang.

Jika melihat pada keseharian kita di kantor, organisasi, maupun di kelompok-kelompok lainya ada yang di sebut dengan "pimpinan". Pertanyaanya adalah, apakah sama antara pemimpin dan pimpinan? sedangkan keduanya seolah samar sehingga kita mengansumsikanya sama.

Sedikit saya bercerita, sore itu saya sedang mengisi acara launching sebuah produk motor dari pabrikan ternama di Indonesia. Saya melihat seorang pimpinan EO yang teriak sana-sini memberikan perintah pada crew acara. Terlihat dari wajah para crew tersirat wajah yang kesal dan penuh keterpaksaan menjalankan perintah dari pimpinan EO tersebut. Tidak lama setelah acara berlangsung saya melihat para crew sedang bersantai sembari menikmati kopi untuk memanfaatkan waktu istirahatnya, saya seketika menghampiri dan ingin mengobrol dengan mereka. Namun belum sampai saya membuka obrolan, saya duduk dan malah terdiam (muncul rasa tidak enak mengganggu diskusi mereka).Ternyata mereka sedang bergosip ria membicarakan atasanya tadi (pemimpin EO) yang selalu memerintah se enaknya tanpa memberikan arahan yang jelas. "kalo sampe ada yang salah, saya yang di salahin. padahal jelas-jelas dia yang merintahin. engga lagi saya ikut orang kaya begituan. cuma sakit hati yang ada" tutur salah seorang crew.

Naah.. cerita tersebut, apakah pimpinan EO di atas masuk dalam kriteria seorang pemimpin? apakah betul dia juga sebenar-benarnya memiliki pengaruh?

Kalau di lihat dari cerita di atas, si pimpinan EO sangat jauh dari definisi real seorang pemimpin. Apa yang ia instruksikan kepada bawahanya, dan bawahanya menjalankan perintahnya tidak lain dan tidak lebih karena unsur keterpaksaan. Sedangkan seorang pemimpin yang sesuai dari definisi di atas adalah yang berpengaruh dan semangat juang tinggi sehingga para pengikutnya tergerak (tanpa paksaan) menjalankan dengan suka rela apa yang di instruksikan pemimpinya. Ia mampu memberikan contoh dan selalu solutif bukan malah melempar pertanggung jawaban kepada bawahanya. Secara singkat ada perbedaan  antara pemimpin dan pimpinan, seorang pemimpin “do what i do” sedangkan seorang pimpinan adalah “do what i say”.


Pimpinan biasanya identik dengan NATO “not action talk only”, sedangkan pemimpin NOTA “not only talk but act ! “. langkah yang nyata serta tidak sekedar retorika, tetapi mampu mengimplementasikan ide dan perkataanya.

Berikut beberapa karakter yang selayaknya di miliki oleh pemimpin :

1.Visioner, memiliki tujuan yang jelas, sehingga dalam setiap langkah dan keputusanya bisa di perhitungkan    agar tepat tidak dari tujuan awal. Pemimpin harus tau terlebih dahulu mau di bawa ke arah mana organisasinya.

2.Tanggung Jawab, pemimpin harus menerima segala sesuatu ancaman atau resiko yang akan datang, baik kesalahan dari dirinya sendiri ataupun pengikutnya.Sebab ia sebagai orang paling depan dan pemegang kendali atas kelompoknya.

3.Solutif, mampu memberikan solusi ketika terjadi kebuntuan atau kesalahan yang di perbuat bawahan atau yang sedang terjadi pada organisasinya.

4.Motivator, pendongkrak semangat dan obat penawar yang mujarat ketika kelompoknya mengalami pesimisme akan tujuan utama.

5.Militan, militan bukan berarti yang pandai berkelahi, tapi lebih tepatnya adalah militan secara pendiriannya yang tidak mudah di goyah meskipun mengalami tekanan yang berat.

Point-point  di atas hanya sedikit contoh karakter bagi seorang pemimpin. Banyak hal yang sebenarnya harus dimiliki apabila kita bicara soal pemimpin.

"Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang mampu mendorong orang-orang yang di pimpinnya untuk melakukan hal-hal yang besar"
Pimpinlah dirimu sendiri sebelum memimpin orang lain, pimpinlah akal dan hatimu terlebih dahulu, kemudian melangkahlah dengan logika, dan jalani dengan hati nurani.

Kamis, 14 Februari 2013

Inggit dan Soekarno


Inggit Garnasih dilahirkan di Desa Kemasan, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 17 Februari 1888 di tengah keluarga sederhana, dari seorang anak petani bernama Ardjipan dan ibunya bernama Asmi. Mempunyai dua orang saudara, Natadisastra dan Murtasih. Masa kecilnya di lewati dengan riang sebagai anak yang disukai oleh sebayanya. Parasnya ayu salah satu sebab mengapa banyak orang yang mengaguminya.
Namun di usia sangat belia, 12 tahun , pada tahun 1990, Inggit sudah harus memulai kehidupan rumah tangga dengan Kopral Residen Belanda, Nata Atmadja. Bahtera rumah tangganya tidak berlangsung lama, hanya empat tahun, akhirnya mereka bercerai. Selang beberapa waktu, Inggit menikah lagi dengan Sanusi, seorang pedagang masanya dan terlibat dalam organisasi Sarekat Islam yang ketika itu sedang popular sebagai organisasi masa islam awal periode pergerakan. Ketika kongres pertama Sarekat Islam di Bandung pada tahun 1916, Inggit telah terlibat sebagai panitia, yang secara langsung memberinya ruang untuk membaca situasi sosial politik pada saat itu.
Di lihat dari segi pendidikan formal, Inggit hanya mencicipi tingkat pendidikan paling buntut , Madrasah Ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar) . Pada saat itu, akhir abad ke-19, pendidikan setingkat itu sudah cukup memadai, apa lagi bagi perempuan pribumi di tengah diskriminasi sosial. Pengalaman membuat Inggit mempunyai pribadi yang matang dan karakter yang kuat. Sosok Inggit seperti itu sudah mulai terbentuk sejarah mempertemukan Inggit dengan Soekarno dan memilih untuk hidup bersama dalam bahtera rumah tangga pada 24 Maret 1923.
Tanpa mengurangi peran para perempuan (lain) dalam hidup soekarno , nampaknya Inggit Garnasihlah yang berada dalam posisi penting tersebut. Kematangan dan kedewasaan serta pencapaian intelektual seseorang pada umumnya dicapai pada usia 40-an tahun, termasuk manusia yang bernama Soekarno. Selama proses pencapaian itu , separuhnya ia jalani bersama dengan Inggit Garnasih.
Sejarah umat manusia membuktikan bahwa antara perempuan dan  kekuasaan memang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Segudang cerita tentang tokoh perempuan yang berperan dalam perjuangan suaminya begitu besar kendati jasanya ada di balik layar dan terkadang hilang di telan jaman.
Salah satu dari sekian banyak perempuan yang telah menorehkan sejarah bagi bangsa Indonesia di masanya, tetapi namanya tak lekang oleh waktu adalah Inggit Garnasih. Inggit sejatinya merupakan perempuan yang turut mengharumkan nama bangsa Indonesia. Posisinya sebagai istri Soekarno ( istri kedua setelah Oetari ), menjadi sumber inspirasi pejuangan dalam kancah politik. S.I Poeradisastra dalam pengantarnya pada buku Ku Antar ke Gerbang Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Sukarno karya Ramadhan K.H., mengatakan bahwa separuh daripada semua prestasi Sukarno dapat didepositokan atas rekening Inggit Garnasih dalam ‘bank jasa nasionalisme Indonesia’.
Pengorbanan dan pengabdian di berikan dengan tulus oleh Inggit. Hampir duapuluh tahun  dia menjalani kehidupan bersama soekarno yang tak lepas dari masa tahanan dan pelarian. Sejak 1929, Inggit harus menerima kenyataan pahit dengan di tangkap dan di penjarakannya Sukarno. Keadaan itu tidak sekali terjadi. Pada tahun 1933, kurang lebih setelah dua tahun dibebaskan dari Sukamiskin, Sukarno kembali ditangkap.
Sebuah pukulan berat harus di terima oleh Inggit karena Sukarno kemudian di buang ke Ende. Makin berat perjuangan Inggit pada saat itu. Ternyata di pulau asing itu pun dia harus bergiat ‘mengayun tangan’ . Hal ini di karenakan Sukarno belum mempunyai pekerjaan tetap. Inggit terus berjuang mendampingi Sukarno bersama kedua anak angkatnya Ratna Juami dan Kartika. Inggit merawat Sukarno di kala sakit malaria, hingga ia sendiri kehilangan ibu yang dicintainya, Ibu Asmi.
Perjuangan Sukarno melawan penyakit malaria demikian parah menyebabkan dia di pindahkan ke Bengkulu. Dikota yang masih lengang ini Inggit kembali berjumpa dengan kesukaran. Tidak lama setelah berhijrah ke tempat ini, Jepang mendarat di Indonesia dan memasuki kota Bengkulu. Kondisi ini menyebabkan kehidupan Sukarno dan keluarga makin sulit. Didalam otobiografinya, Sukarno mengungkapkan bagaimana susahnya dalam pelarian dari Bengkulu hingga padang. Pada saat genting yang semacam ini, Inggitlah perempuan yang paling menguatkannya.
Di kala kesedihan yang di arungi bersama mulai reda, Sukarno mendambakan yang lain, dia mempunyai keinginan untuk mempunyai seorang anak. Sebuah keinginan yang memukul hati Inggit, mengapa baru dikatakan keinginan itu setelah umurnya 53 tahun, bukan sewaktu dibandung ataupun di Ende. Keinginan yang manusiawi, tetapi menjadi bara api yang membakar bahtera rumah tangga.
Tidak disangka, Sukarno telah menyimpan hati untuk Fatmawati yang tidak lain juga anak angkatnya sewaktu di Bengkulu. Kondisi makin memanas sewaktu Sukarno meminta menikah dengan Fatma, demikian panggilan akrab gadis manis ini. Dengan tegas inggit mengucapkan, “Itu mah pamali, ari di candung mah cadu” (itu pantang, kalau dimadu pantang). Ucapan itu mengakhiri segalanya karena Sukarno tetap akan menikah dengan Fatmawati.
Itulah Inggit. Dia berbeda dengan istri Sukarno lainnya. Kesedihan dan kesengsaraan yang di arungi bersama selama hampir 20 tahun tidak di rasakan buahnya saat Sukarno mencapai gemilang. Dalam babak akhir rumah tangganya dengan Sukarno, dia mengatakan dalam bahasa yang dalam, “Sesungguhnya aku harus senang pula karena dengan menempuh jalan yang tidak bertabur bunga, aku telah mengantarkan seseorang, aku telah mengantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga.
Cinta yang tumbuh didada Sukarno tak dapat di tahan. Setelah Inggit kembali ke Bandung dan resmi bercerai, Sukarno kemudian menikah dengan Fatmawati. Tepat pada Juli 1943, ikrar sudah di ucapkan. Pernikahan di lakukan dengan nikah wakil karena Fatma masih berada di Bengkulu. Karena keadaan belum memungkinkan bagi Sukarno untuk menjemputnya.
Sebulan setelah perkawinan, Fatma di boyong ke Jawa dan berkumpul bahagia dengan keluarga Sukarno di Jawa Timur. Tepatnya 22 Agustus 1943. Bertempat di Jalan Pengangsaan  Timur No. 56, dirayakannya sebuah pesta pernikahan di tengah keluarga dan teman. Setahun setelah perkawinannya dengan Fatmawati , suasana kegembiraan menyelimuti hati Sukarno. Fatma hamil, itu artinya keinginannya untuk mempunyai keturunan segera terkabul. Beberapa bulan kemudian lahirlah putra pertama. Bayi laki-laki itu di beri nama Guntur Sukarnoputra. Di tahun-tahun berikutnya Fatma  kembali melahirkan, masing-masing : Megawati, Sukmawati, Rahmawati, dan yang terkecil adalah Guruh Sukarnoputra.
Akan tetapi tidak lama, kebahagiaan yang di rasakan oleh Fatma  harus hilang dari gengaman. Kembali Sukarno jatuh cinta. Sukarno dengan nada memohon, agar Fatma mengizinkannya menikah lagi. Tidak ada alasan yang diberikan sebagaimana dulu terang-terangan di kemukakan kepada Inggit. Tapi sekarang berbeda Sukarno adalah seorang presiden nomor satu di Negara RI, bukan lagi seorang buangan.
Nampak jelas bahwa kecantikan perempuan adalah senjata yang membunuh Sukarno. Hati Sukarno sudah menjelajahi wanita-wanita cantik lain yang dinikahi selang satu sampai tiga tahun saja. Sebutlah Hartini, Dewi, Kartini, Haryati, Yurike, dan Heldy. Entah karena alasan apa, mungkin hanya karena ia adalah pencinta wanita. Sesederhana itu. Mereka ratu-ratu di hati Sukarno yang mendapat kedudukan yang istimewa dengan harta yang melimpah.
Berbeda dengan Inggit, dia hanya mendapatkan rasa pahit, sedangkan manisnya tidak didapatkan sama sekali. Sukarno pernah merasakan betapa berharganya Inggit dalam hidupnya. Dengan kata romantis , dia mengungkapkan bahwa Inggit Srikandi baginya. Seorang perempuan penuh sembada, penuh kesetiaan, dan pantang menyerah tatkala kemiskinan dan kekurangan menghadang. Inggit tetap menikmati hidup sebagai orang kecil. Karena kesederhanaannya itu, Inggit mampu hidup bersahaja dan penuh syukur. Dengan berjualan bedak, meramu jamu, dan menjahit mampu hidup layak sebagaimana perempuan pada umumnya.
Cinta Inggitpun tidak usang dimakan waktu. Inggit mencintai Koesno (Sukarno) dengan sepenuh jiwa dan segenap hati. Kendatipun telah berpisah, rasa cinta dan kasih sayang masih tertanam di lubuk hatinya. Foto Sukarno masih tertempel di kamar. Hal itu menjadi perlambang bahwa Inggit masih menyimpan kenangan bersamanya. Dia member tanpa meminta, dia memberi tanpa pamrih. Kecintaannya kepada Sukarno membuatnya berani menghadapi tantangan kehidupan yang tidak manis. Bahkan ia mampu memenuhi kebutuhan  Sukarno dan keluarganya dengan tangan sendiri waktu dulu. Dengan dalam Inggit mengucapkan “Sebagai istri, Inggit tidak mau seperti kucing, diberi makan lantas tidur. Kita mesti bekerja. Jadi tentang urusan rumah tangga jangan jadi pikiran Kusno. Inggit bisa cari uang bikin pakaian dan jual kain.
Lama tidak bersua, sang pujaan yang telah menjadi nomor satu di Indonesia datang bertandang seolah membawa sejuta kenangan yang sudah lama hilang. Pada pertemuannya yang pertama Sukarno berkata dengan lembut kepada inggit. Perkataan itu mengandung permintaan maaf yang dalam atas kesalahan yang membuat Inggit sakit hati. Inggit hanya menanggapinya dengan ringan dan berucap, “Tidak usah diminta Ngkus, sudah lama Nggit maafkan Ngkus. Ngkus pimpinlah Negara dan rakyat dengan baik, seperti cita-cita kita dulu.
Pada tahun 1960, Sukarno kembali menginjak kaki di Bandung untuk mengunjungi Inggit. Kala itu Inggit sedang sakit. Lama Sukarno memandangi Inggit yang kala itu sedang berusia 72 tahun. Sukarno dan Inggit berpelukan, tenggelam dalam keharuan. Pelan-pelan Sukarno menanyakan., “Sakit apa Nyai ?”, Inggit menjawab “ Biasa Ngkus, penyakit rakyat”. Mendengar jawaban itu Sukarno terdiam, jawaban itu mengandung makna yang luas, walaupun sebenarnya Sukarno tahu sakitnya Inggit karena kekurangan vitamin.
Tidak disangka pertemuan pada tahun 1960 menjadi pertemuan yang terakhir. Sepuluh tahun kemudian, pada 21 Juni 1970, Sukarno berpulang kepangkuan Illahi. Ketika melihat jenazah Sukarno terbaring didalam peti, terdengar suara lembut dan sayu mengucapkan “Ngkus, geuning Ngkus teh miheulaan, ku Nggit didoakeun…
Sehari setelah Sukarno dimakamkan di Blitar, berdatanglah orang-orang kerumah  Inggit untuk menyatakan bela sungkawa. Salah seorang wartawan misalnya menanyakan,  Apa yang Ibu terima dari harta pusaka peninggalan Bapak?”, Inggit menjawab “Negara kita ini, untuk kita semua, untuk seluruh rakyat , dan keturunan bangsa kita ?”. Sejenak wartawan itu terdiam, kemudian melanjutkan pertanyaannya, “Yang saya maksudkan harta pusaka untuk Ibu pribadi?” Inggit menjawab kembali, “Kenangan yang tak terlupakan, yang ibu simpan di dalam hati, yang akan menemani ibu masuk kedalam kubur.”
Akhirnya pada tanggal 13 April 1984, setelah terdengar azan magrib Inggit Garnasih meninggal dunia. Sekedar tanda kenangan , pada masa Presiden Sukarno,  Inggit menerima penganugerahan tanda Kehormatan “Setyalancana Perintis Pergerakan Kemerdekaan” pada tanggal 17 Agustus 1971. Kemudian setelah wafatnya, dimasa presiden Soeharto, berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia, No: 073/TK/Tahun 1997, tertanggal 11 Agustus 1997, pemerintah menganugerahkan tanda Kehormatan “Bintang Mahaputra Utama” yang penyerahan dilaksanakan pada 10 November 1997 di Istana Negara.
Nama Inggit Garnasih memang seolah hilang dari sejarah. Akan tetapi kalau kita mau jujur pada sejarah terlihat jelas bahwa Inggit sangat menaruh perhatian yang besar kepada kesayangannya, Sukarno, yang bisa dipanggil Kusno. Inggit menyediakan sarapan tiap pagi, menjahitkan baju dikala sobek, memijit dikala sakit, dan memberi kasih sayang sepenuh jiwa ketika kerinduan dan datangnya cinta dari seorang perempuan  dirindukan Sukarno.
Dalam urusan cinta umur bukan menjadi penghalang. Kesetiaan yang diberikan oleh perempuan usia tigapuluhan kepada pemuda yang umurnya masih kepala duapuluh meninggalkan sejarah menarik. Ibarat Muhammad dengan Khadijah, mereka adalah teladan jalinan cinta abadi yang tidak memandang umur. Dengan keluhuran budinya, Inggit mampu mengantarkan dan mewujudkan orang yang dicintai kegerbang harapan.

"Semoga menginspirasi di hari kasih-sayang ini (bagi yg merayakan)."

Sumber  : http://lotus-trysnie.blogspot.com/2012/11/intisari-biografi-inggit-garnasih.html

Selasa, 15 Januari 2013

Optimalisasi Website Pemerintah




Di masa sekarang ini perkembangan teknologi informatika dan komunikasi yang semakin cepat berkembang, mempengaruhi cepatnya kebutuhan akan informasi yang semakin cepat, tanpa dibatasi oleh letak geografis. Dimana kebutuhan informasi yang cepat dan dapat diakses oleh siapapun tersebut, dapat diakomodasi oleh layanan yang bernama internet. Dengan hadirnya website yang di miliki pemerintah di setiap daerah tentu sangat membantu memberikan informasi seperti sumber daya alam, pariwisata, aktivitas pemerintahan dan manfaat lainya. Namun sayang pada beberapa website pemerintah tidak semua di manfaatkan dan di kelola dengan optimal, kurangnya perhatian khusus yang di lakukan untuk memberikan layanan informasi bagi masyarakat merupakan problematika yang sangat disayangkan. Pada website Badan Pusat Statistik (BPS)  Pemalang contohnya, dari 29 kabupaten di jawa tengah hanya kabupaten Pemalang saja yang tidak dapat di akses oleh umum, harus dengan menggunakan user dan password untuk masuk pada website BPS kabupaten Pemalang. Ini adalah hal yang perlu di perhatikan karena lewat situs BPS lah masyarakat luas dapat mengakses secara langsung pertumbuhan kabupaten Pemalang melalui data yang valid dari BPS.  Di sisi lain website tidak hanya sebagai sarana informasi saja tetapi juga dapat di fungsikan sebagai sarana komunikasi dengan public, hal ini sangat di sayangkan apabila website yang di miliki pemerintah tidak ada ruang yang memberikan tempat aspirasi bagi masyarakatnya. Kami berharap pemerintah dalam hal ini lebih memerhatikan agar website yang dimiliki dapat di manfaatkan secara optimal, dengan mengembalikan pada porsi utamanya yaitu sarana informasi dan komunikasi antara goverment dan public.